Sabtu, 28 Maret 2009

RAJUTAN DARAH

Langit malam dihiasi dengan warna ledakan
Membangunkan aku dari gontahan selimut
Menyadarkan aku agar bangkit
Memadamkan bara api peperangan

Aku rajut darahku dengan tulangku
Aku senyum
Dihadapan senjata yang siapa memuntahkan timah panas
Untuk siapa pengorbananku
Untuk kau... kau... atau kau

Dor... dor... dor...
Aku tertembak dan tak dapat berdiri
Mencoba bangkit dengan tetesan dan cucuran darahku...

Dor... dor... dor...
Aku tertembak dan tak dapat bangkit
Yang tersisa hanya 3 tetes darah penghabisan
Kumau tetesan pertama ini untuk Penguasa Jagat Raya
Kuingin tetesan kedua ini untuk seluruh keluargaku
dan...
Kupersembahkan tetesan terakhir ini untuk GENERASI MUDA BANGSA INDONESIA

MASIH CINTA

Tiba-tiba...
Dunia kelam menghampiri hati
Ketika cinta menjauh dari dunia khayal
Mendadak dunia impian redup tak gemerlap
Kala kasih beranjak dari halaman hidup

Dunia berubah hitam
Saat warna telah terbang
Tertiup angin khianatan cinta

Bahagia terdengar sedih
Manis terlihat pahit
Indah serasa buruk
Ramai tercium sepi

Begitu pilu ketika harapan
Ambruk oleh kasih yang tertimpa khianat cinta

Namun...
Jika di dalam cinta masih terdapat kata “masih”
Walaupun Bahagia terdengar sedih
Manis terlihat pahit
Indah serasa buruk
Ramai tercium sepi

Akan tetap dipaksakan pada bentuk awalnya
Meskipun perih melanda jiwa

Asalkan cinta dapat tersenyum
Hati akan senantiasa berkorban

Karena hati “MASIH CINTA”