Jumat, 03 April 2009

Jari dan Mulutku

Derasnya ombak...
Tak sederas hasratku mengejar masa depan
Tak sekuat tubuhku membelah rintangan

Kuatnya gempa...
Tak sekuat nafsuku mewujudkan cita-cita

Tapi...,
Hasrat, tubuh, dan nafsuku
Yang keras, panas dan yang kuat
Takkan mampu mengalahkan jari dan mulutku

Lihatlah bumi ini
Mampukah engkau berbuat tanpa jari dan tangan
Matahari lebih pantas bersama panasnya
Kilat lebih baik bersama tegangannya
Dan kita lebih berharga dengan sebuah mulut

Cita-Cita

Angka demi angka kuhitung satu persatu
Huruf demi huruf kueja menjadi kata
Bait-bait sajak kusenandungkan
Ocehan dan marahan guru terus datang
Detik jarum jam berdetak melintas
Kurun waktu dan ikut membias
Bersama tumpukan kertas lusuh,
Dan coretan pena hitam
Kuperjuangkan cita-cita
Cita yang sempat singgah dan bertahta
Pada ruang hampa

Tapi aku bingung...
Ingin jadi apa nantinya
Seorang raja, aku takut lupa daratan
Seorang prajurit, aku takut angkat senjata
Seorang pegawai, aku takut korupsi
Lantas aku ingin jadi apa...?

Masa Depan

Jarum pendek, jarum panjang
Saling mengejar
Seiring sang surya menampakan sinarnya
Menerangi jiwa setiap detiknya

Waktu terus berlalu
Tanpa sempat menghembuskan napas
Hanya cita yang sempat terlintas
Mengejar sepenuh asah demi arti hidup
Berjuang dalam tenaga dan pikiran
Untuk menggapai masa depan.

Untitled

Menangislah...
Jika kau anggap itu adalah sebuah penyelesaian
Tetapi jangan sampai airmata itu menyakitkanmu
Karena itu adalah siksa yang paling nyata bagimu.
Dan ingatlah...,
Bahwa tidak akan pernah terdapat suatu jawaban
Dalam suatu tangisan...